Sunday

Lily dan Makna yang Diperebutkan

By: Dina susamto
Beberapa tahun yang lalu saya pernah mengonsumsi produk kosmetik yang katanya diambil dari ekstrak bunga Lily. Ketika mencium wanginya saya berimaji adanya suatu bunga putih yang begitu elegan terpampang di buket…atau saya sedang berada di suatu perkebunan bunga Lily. Kebetulan saya pernah menikmati wangi bunga Lily, sehingga saya pun mengingat, membandingkan aroma kosmetik yang saya pegang dengan aroma yang tercium dari bunga aslinya. Samar-samar saya lupa tapi samar-samar juga ingat bagaimana wangi Lily. Ketika mencium kosmetik, bunga Lily  dalam kenyataanya  sudah jauh dari saya. Tapi karena saya begitu mengagumi Lily, saya pun percaya bahwa wangi kosmetik ini memang wangi bunga yang tidak bisa saya nikmati sewaktu-waktu itu. Dalam hal ini, saya pun lebih tepatnya mempercayai imaji saya terhadap bunga Lily dalam kosmetik ini dibanding kosmetik itu sendiri. 


Hampir seluruh produk ditampilkan untuk mengundang imagi. Kita lihat beberapa gambar yang saya tampilkan mengenai produk-produk yang menggunakan kata kunci bunga Lily mulai dari kosmetik, pewangi, motif kain yang menjadi seprai dan baju batik, hingga bunga itu sendiri dalam rangkaian di buket yang ditampilkan untuk tujuan penjualan. Apa yang kau tangkap dari gambar dan teks yang membantu menerangkan gambar berikut? Lalu bandingkan dengan membaca teks puisi karya William Blake tentang bunga Lily dan/atau memandang lukisan Lily dari Diego Rivera? Apakah di dalam pikiranmu juga kemudian muncul suatu gambaran tertentu? Lalu seandainya kau diberi kesempatan menghadirkan bunga Lily secara nyata dengan menanamnya atau setidaknya mengosumsi bunga potongnya, setelah kau tahu khasiat Lily untuk kecantikan dan kesehatan, wewangian, apa yang akan kau lakukan?   


Ketika saya membeli kosmetik yang diambil dari ekstrak bunga Lily, atau sekarang membeli pewangi yang sewangi bunga Lily, saya beralasan karena saya menyukai wangi dan keindahan bunga itu sendiri tetapi saya tidak dapat melihat, mencium, menyentuhnya sehari-hari, sehingga dengan membeli produk pewangi atau kosmetik, saya dapat menggantikan keberadaan bunga Lily yang tidak ada, atau lebih dari itu, saya berharap khasiat bunga itu dapat mempercantik kulit saya, atau wanginya menempel di baju yang akan saya pakai. Lalu setelah saya tahu, saya dapat memproduksi sendiri bunga Lily dengan menanamnya atau setidaknya membeli bunga potongnya di floris, apakah saya akan tetap rindu dan akan menghadirkan kembali Lily dalam produk lain seperti kosmetik atau pewangi atau baju dengan motif Lily dsb?

Jawaban pertanyaan itu tentu berbeda-beda. Jawaban itu yang menjadi wilayah perebutan berbagai varian produk yang mengelilingimu dan saya yang dalam hal ini berhubungan dengan bunga Lily ataupun  yang lain. Penghadiran kembali gambar-gambar dan tulisan menggoda kita (dan mungkin salah satunya blog ini sengaja tidak sengaja berkontribusi terhadap penghadiran kembali tersebut). Bahkan jika kau memutuskan memproduksi tanaman Lily sekalipun, kau masih berpeluang   untuk mengonsumsi produk Lily dalam bentuk yang lain, atau setidaknya kau butuh unit-unit yang lain yang kau konsumsi untuk menanam dan merawat Lily.
Saya kira tulisan ini memang akan berujung pada pemaknaan terhadap bunga Lily dari keberadaannya sendiri hingga produk-produk dari dan tentang bunga itu. Dari makna kesucian dalam  warna putih Lily  yang kemudian dipakai untuk symbol kesucian pernikahan,  (dalam tataran symbol beberapa kebudayaan,  itu tidak hilang hingga kini), dan lahirlah produk-produk bunga potong Lily yang sebagian dikonsumsi untuk hiasan pernikahan. Setelah ditemukan khasiat Lily untuk kecantikan dan kesehatan, wewangian, berbagai  kosmetik dan pewangi diproduksi, dihadirkan kembali dalam gambar-gambar dan melahirkan pemaknaan yang baru lagi. Wilayah makna inilah yang akan terus diproduksi, diperebutkan, tak pernah ada sampai.


           

No comments:

Post a Comment